Kamis, 22 Mei 2008

Seekor Burung Gagak

Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?" "Burung gagak", jawab si anak.

Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak ayah!"

Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi soalan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan persoalan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK!!" Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, "Gagak lah ayah.......".

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya soal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.

"Ayah!!! saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mahu saya katakan???? "Itu burung gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia menghulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan tertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah Diary lama. "Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam Diary itu", pinta si ayah. Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut..........

"Hari ini aku di halaman melayan karena anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?". Dan aku menjawab, "burung gagak". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangnya aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga."

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah."


"JAGALAH HATI KEDUA IBU DAN BAPAK, HORMATILAH MEREKA. SAYANGILAH MEREKA SEBAGAI MANA MEREKA MENYAYANGIMU DIWAKTU KECIL"

MEMBERI ITU INDAH

Banyak orang beranggapan bahwa memberikan sesuatu (harta, ilmu pengetahuan, dan pemikiran) kepada orang lain yang tidak dapat memberikan balasan langsung, merupakan sesuatu yang sia-sia dan tidak boleh dilakukan. Teori kerja dengan imbalan yang bersifat material, atau ibadah yang hanya dikaitkan dengan balasan pahala semata itu begitu mendominasi sebagian besar umat kita. Karenanya, tidak jarang umat Islam memiliki sifat bakhil, kikir, dan sama sekali tidak mau memberi, kecuali dengan imbalan dan upah yang jelas, terukur dan terstruktur.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi, Rasulullah SAW bersabda, "Pemurah itu akan dekat dengan Allah [rahmat-Nya], dekat dengan sesama manusia [cinta dan kasih sayangnya], dengan surga [nikmatnya], dan jauh dari neraka [adzanya]. Sebaliknya, orang yang bakhil akan jauh dari Allah, jauh dari sesama manusia, jauh dari surga, tetapi dekat dengan neraka."

Orang yang mengeluarkan zakat dengan kesadaran dan keikhlasan penuh akan mendapatkan kebersihan, kesucian, dan ketenangan jiwa (QS 9:103). Ia akan diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengatasi berbagai problem hidup dan kehidupannya (QS 70: 19-25). Sementara itu, hartanya akan terus berkembang dan bertambah dari waktu ke waktu (QS 30:39).

Dalam sebuah hadis sahih riwayat Ibn Abiddunya, Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah itu tidak akan menyebabkan sesuatu pada harta, kecuali hanya akan memperbanyaknya. Karena itu, bersedekahlah kamu sekalian, pasti Allah akan mencurahkan rahmat-Nya."

Dalam sebuah hadis yang lain riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW bersabda, "Iri dan dengki itu akan menghabiskan segala kebaikan yang kita lakukan sebagaimana api menghanguskan kayu bakar. Sedekah akan menghapuskan segala kesalahan sebagaimana air memadamkan api. Shalat itu adalah cahayanya orang mukmin dan puasa itu penghalang mukmin dari azab neraka.

Orang yang suka berzakat dan berinfak akan memiliki etos kerja dan usaha kuat, yang menyebabkannya senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan rezeki yang halal, untuk kemudian sebagiannya diberikan kepada mereka yang membutuhkan dan berhak menerima. Mari kita tumbuhkan kecintaan untuk memberi dan memberi. Insya Allah kita akan menjadi orang kaya, baik material maupun spiritual.


(Diambil dari artikel kolom Hikmah Republika, karya KH. Didin Hafidzuddin)

Jumat, 14 Maret 2008

Seekor Katak dan Sepasang Angsa

Musim kering telah tiba, sekelompok angsa bersiap-siap terbang bersama meninggalkan sebuah danau yang mulai dangkal untuk bermigrasi ke arah selatan ke sebuah tempat dimana air mengalir.

Seekor katak yang gelisah memohon kepada sepasang angsa yang sedang bersiap-siap agar turut membawa serta dirinya.

"Bagaimana caranya agar kita bisa membawa serta kamu, sementara kamu hanya bisa melompat?" jawab si angsa jantan.

"Saya ada ide, kalian gigit erat-erat kedua ujung akar rumput ini dan saya menggigit ditengah kemudian terbang bawalah saya beserta kalian" Sahut si katak seraya meletakkan sebuah
akar rumput dihadapan mereka.

"Baiklah, sungguh ide yang hebat, kami setuju terbang bersamamu" jawab si angsa betina disertai anggukan setuju pasangannya.

Dan terbanglah mereka dengan membawa si katak yang tergantung ditengah akar rumput yang digigitnya. Dibawah sana banyak orang berdecak kagum keheranan serta memuji melihat kecerdikan mereka bertiga.

Sampai kemudian tak luput dari angsa lain yang terbang bersama mereka juga turut memuji dan salah satunya berkata "Kalian bertiga sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?"

"Ide saya" sahut si katak dengan spontan membuka mulutnya dan seketika itu lepaslah gigitannya dari akar rumput dan seketika itu juga tubuhnya meluncur deras ke bumi, hancur menghantam bebatuan dibawah sana.

Pepatah mengatakan, "Tutuplah mulutmu maka orang takkan tahu seberapa tahunya kamu dan bukalah mulutmu maka mereka takkan meragukan ketidaktahuanmu" Pepatah itu benar adanya, tapi bayangkanlah apa saja yang akan hilang seandainya tak ada yang tutup mulut.

Hikmahnya adalah tentang kapan waktu yang tepat untuk berbicara dan kapan waktunya menjadi pendengar yang baik.

Have a positive day!

Guyonan Suroboyoan

Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang

Ini ada sedikit oleh-oleh humor-humor khas Suroboyoan, yang mungkin bisa
mewakili karakter/tipikal orang Jawa Timur ketika bercanda.

Pesan : Humor ini sebenarnya sudah banyak beredar di milis-milis, namun tiap
kali membaca humor ini saya selalu tertawa dan rasanya sayang jika tidak
saya arsip dan saya bagikan kepada bapak ibu sodara-sodara dan teman-teman
dengan harapan mudah-mudahan dapat mengurangi stressssssss ss ss ss ss
ssssssssssshhhhhhhh h.

I. DOKTER CANGGIH

Yuk Jah lungo perikso nang dokter.

"Opoko sampeyan ning ?" Jare doktere.

Yuk Jah terus cerito, "Iki lho dok, wis sak wulan iki aku malih ngentutan.
Sak jam isok ping sepuluh aku ngentut. Cumak untunge, entutku iku gak mambu
ambek gak onok suorone, dhadhi gak onok sing ngerti. Lha iki pas aku longgo
ndhik ngarepe sampeyan ae wis ping telu aku ngentut. Tapi sampeyan gak
ngerti tho, mergo iku mau, entutku gak muni ambek gak mambu. Cumak aku malih
gak enak dhewe, mosok arek wedhok ngentutan ".

"Oh, ngono tah.. Lek ngono tebusen resep iki. Seminggu maneh mbaliko ene
maneh" jare doktere.

Pas wis seminggu yuk Jah mbalik maneh nang doktere.

"Wis enakan tah ?" takok doktere.

"Aku gak ngerti obat opo sing dokter kekno wingi, cumak entutku saiki kok
ambune malih bosok gak karuan. Sampek kudhu nggeblak aku. Tapi untunge
entutku sik tetep gak muni", jare yuk Jah.

"Berarti saiki irung sampeyan wis gak buntu maneh. Saiki tebusen resep iki
yo" jare doktere. "Obat opo maneh iku pak dokter ?" takok yuk Jah.

"Obat kopok.."

II. ARGOWILIS

Onok wong papat podho gak kenale numpak sepur Argowilis jurusan Suroboyo
Bandung.

Sing pertama ibu-ibu umure sekitar 60an, ketokane termasuk keluarga ningrat
lek ndhelok pacakane. Sebelahe ibu-ibu iku onok cewek ayu koyok covergirl
majalah umure sekitar 20an.

Ndhik ngarepe ibu-ibu iku mau onok tentara berseragam dinas, lengkap karo
tanda jasane. Pokoke berwibawa, umure 50an. Sebelahe tentara mau onok arek
lanang gondrong umure 25an. Ketokane rocker.

Selama perjalanan, wong papat iku ngobrol macem-macem. Sampek moro-moro
sepure mlebu terowongan athik lampune mati, dhadhi petengan pol. Wong papat
iku malih meneng kabeh.

Gak sui moro-moro onok suoro pipi disun terus mari ngono suorone wong
dikaplok PLAK..!!!.

Wis mari ngono sepi maneh.

Sing ibu-ibu iku mau mbatin," Wah hebat arek wedhok sebelahku iki, isok
menjaga harga diri, gak gelem diperlakukan sembarangan" .

Sing arek wedhok sebelae yo mbatin pisan, "Gak salah tah, sing ngesun mau
iku, wong onok arek ayu koyok aku kok malah nenek-nenek tuwek sing disun".

Lha sing tentara iku ambek ngusap-ngusap pipine sing kenek kaplok melok
mbatin pisan,"Jangkrik, gak melok ngesun tapi kenek kaplok. Dikiro aku
pengecut tah, lek aku gelem gak usah ngenteni peteng. Wah tersinggung aku".

Arek rocker iku karo ngempet ngguyu melok mbatin pisan, "Waahh.. kapan maneh
aku isok nggaplok Kolonel gathik konangan. Padahal sing tak sun mau iku
tanganku dhewe hihihihi.".

III. JIN

Mari kekeselen ngerombeng gak oleh-oleh, Kayat katene ngaso ngisore wit
asem, mripate nguantuk, sikile kemeng, wetenge lue. Sik tas katene keturon,
dhadhak sikile ngincak botol. Bareng botole dijupuk dhadhak metu beluke,
Kayat mencolot kuaget.

"Hua ha ha ha, jenengku jin botol, telu panjalukmu bakal tak turuti," jare
jine.

"Gak percoyo aku, paling kon kate mbujuki aku. Biyen aku iki guanteng lan
sugih, lha saiki aku malih ireng mlarat koyok ngene iki mergo dibujuki ambek
jin" jare Kayat.

"Lho biyen iku be'e awakmu pethuk ambek jin kaspo, lha aku iki lak jin
apikan tah, dhadhi wis gak usah khawatir. Opo maneh awakmu wis kadung koyok
ngono, gak bakal isok luwih soro maneh, wis tah gak rugi pokoke. Lek gak
percoyo, cobaken dhisik ae njaluk opo" jare jine maneh.

"Yo wis, awas lek awakmu mbujuki. Tak gibheng kon !!!. Sing pertama, aku
kepingin ndhuwe dhuwik sak karung," jare Kayat

"Meremo dhiluk.." jare jine. Ting. Pas melek moro-moro ndhik ngarepe Kayat
wis onok dhuwik sak karung, seket ewuan kabeh.

"Sik gak percoyo tah awakmu, saiki njaluk opo maneh .. ?" jare jine.

"Saiki .. aku njaluk omah mewah sak montore, pokoke lengkap sembarange."
jarene Kayat.

"Meremo dhiluk.." jare jine. Ting. Pas melek moro-moro Kayat wis nang njero
omah mewah. Kayat sueneng gak karuan.

"Lha saiki kari sithok panjalukmu sing isok tak turuti, pikiren sing temenan
cik gak getun" jare jine. Ambek merem-merem mbayangno, Kayat njaluk, "Aku
kepingin kulitku malih putih wudho dirubung wong wedhok akeh".

Pas katene melek, samar-samar Kayat krungu suorone wong wedhok rame ambek
keroso awake dicekel-cekel. Tapi kok mambu iwak pindang, pikire Kayat mulai
curiga. Bareng melek, Kayat kuaget lha kok wis nang tengah pasar, tibake
Kayat wis dhadhi tahu ning tampah.

"Jin guoblok!!! kok aku mbok dhadheke tahuuuuuuuuu. . "

IV. NGUMBAH KUCING

Wonokairun tuku rinso ndhik tokone Bunali.

"Mbah, kok dengaren sampeyan umbah-umbah dhewe ?" takok Bunali.

"Aku katene ngumbah kucing" jare Wonokairun.

"Gak salah tah Mbah." Bunali bingung.

"Iyo soale kucingku akeh tumane." Jare Wonokairun.

"Wah yo isok mati kucing sampeyan Mbah" Bunali ngilingno .

"Lho koncoku wingi ngono, yo gak opo-opo" jare Wonokairun.

Mari mbayar, Wonokairun mulih katene ngumbah kucinge. Sisuke, Wonokairun
teko maneh ndhik tokone Bunali kate tuku rokok.

"Yok opo kucing sampeyan Mbah ?" takok Bunali.

"Kucingku mati " jare Wonokairun.

"Lho lak temen tah. Sampeyan iku tak kandhani gak percoyo. Lahopo kucing
atik diumbah ambek rinso, wong onok obat tumo" jare Bunali nyeneni.

"Kucingku mati gak mergo rinso" jare Wonokairun njelasno.

"Lho Opoko??" Bunali gak sabar.

"Tak peres . ."

V. NGUNTAL YUYU

Sore-sore Wonokairun dijak ngobrol ambek Bunali.

"Mbah. Jare arek-arek sampeyan wis rabi ping telu. iYo tah ?" takok Bunali.

"He eh bener. Tapi bojoku wis tebhal kabeh." jare Wonokairun.

"Lho kok isok ?" jare Bunali.

"Sing pertama mati nguntal yuyu." jare Wonokairun

"Lha sing kedua ?" takok Bunali

"Sing kedua mati nguntal yuyu." jare Wonokairun.

"Lha sing ketiga yo nguntal yuyu pisan" jare Bunali kemeruh.

"Gak. Matine mergo tak gibheng." jare Wonokairun.

"Lho opoko ?" takok Bunali.

"Soale gak gelem nguntal yuyu ."

VI. TUKU TISU

Wonokairun lagi blonjo ndhik minimarket cedhak omahe. Sing dituku tibake
daging kalengan gawe pakane kucing. Pas katene mbayar, Wonokairun ditakoni
kasire.

"Mbah, lek sampeyan katene tuku pakan kucing iki, sampeyan kudhu mbuktekno
lek sampeyan iku ndhuwe kucing. Aku khawatir lek tibake pakan kucing iki
sampeyan emplok dhewe, bahaya." jare Bunali, kasire.

Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nggendhong kucing dipamerno
ndhik Bunali.

"Iki kucingku " jare Wonokairun ambek mbayar daging kalengan gawe kucinge.

Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, saiki tuku biskuit balung
pakane asu. Pas katene mbayar, ditakoni maneh ambek Bunali.

"Mbah, sampeyan ndhuwe asu tah ?. Aku khawatir lek tibake pakan asu iki
sampeyan emplok dhewe, bahaya. " jare Bunali, kasire.

Wonokairun gak protes, mulih diluk, mbalike nuntun asu dipamerno ndhik
Bunali.

"Iki asuku " jare Wonokairun ambek mbayar biskuit balung gawe asune.

Sisuke Wonokairun teko maneh ndhik minimarket, karo nenteng kardus bekase
indomi sing pinggire dibolongi sak driji.

"Mbah, sampeyan katene tuku pakane ulo tah ?" jare Bunali.

"Iki isine dhudhuk ulo. Cobaken tanganmu lebokno kene lek pingin ngerasakno.
Wis tah tak jamin gak bakal nyatek. " jare Wonokairun.

Pertama Bunali rodhok wedhi, tapi mari dibujuk Wonokairun akhire Bunali
kendhel. Drijine dilebokno ndhik bolongane kerdus. Tibake njerone onok
gembuk-gembuke. Pas drijine ditarik maneh, ambune malih gak whuenak.

Bunali misuh-misuh gak karuan, "Damput, ancene wong dhobhol, lha laopo aku
sampeyan kongkon ndhemok tembelek."

"Saiki, oleh tah aku tuku tisu kamar mandi ? ".

TULISAN DI ATAS PASIR

Di pesisir sebuah pantai, tampak dua anak sedang berlari-larian,
bercanda, dan bermain dengan riang gembira. Tiba-tiba, terdengar
pertengkaran sengit di antara mereka. Salah seorang anak yang
bertubuh lebih besar memukul temannya sehingga wajahnya menjadi biru
lebam.

Anak yang dipukul seketika diam terpaku. Lalu, dengan mata berkaca-
kaca dan raut muka marah menahan sakit, tanpa berbicara sepatah kata
pun, dia menulis dengan sebatang tongkat di atas pasir: "Hari ini
temanku telah memukul aku !!!"

Teman yang lebih besar merasa tidak enak, tersipu malu tetapi tidak
pula berkata apa-apa. Setelah berdiam-diaman beberapa saat,
ya ...dasar-anak- anak, mereka segera kembali bermain bersama.

Saat lari berkejaran, karena tidak berhati-hati, tiba-tiba anak yang
dipukul tadi terjerumus ke dalam lubang perangkap yang dipakai
menangkap binatang. "Aduh.... Tolong....Tolong! " ia berteriak kaget
minta tolong.

Temannya segera menengok ke dalam lubang dan berseru, "Teman, apakah
engkau terluka? Jangan takut, tunggu sebentar, aku akan segera
mencari tali untuk menolongmu." Bergegas anak itu berlari mencari
tali.

Saat dia kembali, dia berteriak lagi menenangkan sambil mengikatkan
tali ke sebatang pohon. "Teman, aku sudah datang! Talinya akan kuikat
ke pohon, sisanya akan kulemparkan ke kamu. Tangkap dan ikatkan
dipinggangmu, pegang erat-erat, aku akan menarikmu keluar dari
lubang." Dengan susah payah, akhirnya teman kecil itu pun berhasil
dikeluarkan dari lubang dengan selamat.

Sekali lagi, dengan mata berkaca-kaca, dia berkata, "Terima kasih,
sobat!" Kemudian, dia bergegas berlari mencari sebuah batu karang dan
berusaha menulis di atas batu itu, "Hari ini, temanku telah
menyelamatkan aku."

Temannya yang diam-diam mengikuti dari belakang bertanya
keheranan, "Mengapa setelah aku memukulmu, kamu menulis di atas pasir
dan setelah aku menyelamatkanmu, kamu menulis di atas batu?

"� Anak yang di pukul itu menjawab sabar, "Setelah kamu memukul,
aku menulis di atas pasir karena kemarahan dan kebencianku terhadap
perbuatan buruk yang kamu perbuat, ingin segera aku hapus, seperti
tulisan di atas pasir yang akan segera terhapus bersama tiupan angin
dan sapuan ombak.

�Tapi, ketika kamu menyelamatkan aku, aku menulis di atas batu,
karena perbuatan baikmu itu pantas dikenang dan akan terpatri
selamanya di dalam hatiku, sekali lagi, terima kasih sobat."
Pembaca yang budiman,

�Hidup dengan memikul beban kebencian, kemarahan dan dendam,
sungguh melelahkan. Apalagi bila orang yang kita benci itu tidak
sengaja melakukan bahkan mungkin tidak pernah tahu bahwa dia telah
menyakiti hati kita, sungguh ketidakbahagiaan yang sia-sia.

Memang benar.... bila setiap kesalahan orang kepada kita, kita
tuliskan di atas pasir, bahkan di udara, segera berlalu bersama
tiupan angin, sehingga kita tidak perlu kehilangan setiap kesempatan
untuk berbahagia.

Sebaliknya.. . tidak melupakan orang yang pernah menolong kita,
seperti tulisan yang terukir di batu karang. Yang tidak akan pernah
hilang untuk kita kenang selamanya.�

Delapan Kebohongan Ibu

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa
kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam
penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru
sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka
mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah
energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga
yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir
sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang
miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali
kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku,
ibu berkata: "Makanlah nak, aku tidak lapar"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di
kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil
pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup
ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku
memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan
memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang
yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan.
Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu
menggunakan sendokku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :
"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah
abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa
sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil
tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi
kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada
lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan
pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata
:"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih
harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah
tidur nak, aku tidak capek"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat
menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik
matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih
menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa
jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian
sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan
menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang
dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat
dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih
kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera
memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang
harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang
pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai
kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun
semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan.
Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada
seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat
rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah
melihat kehidupan kita yang begitu sengsara,
seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi
ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat
dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah
waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk
pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku
yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit
uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu
bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan
mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya
punya duit"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2
dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah
universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa
di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku
bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di
Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak
mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak
terbiasa"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena
penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit,
aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik
langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda
tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di
ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang
keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh
kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi
tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus
kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air
mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam
kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya
berkata : "jangan menangis anakku, Aku tidak
kesakitan"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan,
ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir
kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian
pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan :
" Terima kasih ibu !"

Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita
tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah
kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang
dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita
yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu
alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih
peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas
akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan
atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping
kita.

Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari
ortu kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas
apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini
benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk
membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik.
Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Sumber : dikutip dari milis cetifasi

Senin, 10 Maret 2008

Jagung Yang Baik

Seorang wartawan mewawancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya.

"Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?" tanya sang wartawan.

"Tak tahukah anda?," jawab petani itu. "Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula."

(James Bender)
============================
Hikmah: Begitu pula dengan usaha kita. Mereka yang ingin meraih keberhasilan harus menolong orang lain menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong orang lain untuk hidup dengan baik pula. Nilai dari hidup kita diukur dari kehidupan-kehidupan yang disentuhnya.

Kelinci dan Kura - Kura

Disuatu masa disuatu dimensi,kura-kura berdebat dengan kelinci mengenai siapa yang lebih cepat.

Akhirnya mereka memutuskan untuk adu lari dan sepakat jalurnya. Kelinci melesat ninggalin kura-kura. Setelah tahu kura-kura tertinggal jauh di belakang, kelinci mutusin untuk beristirahat sejenak sebelum lanjut lagi, "Ah,gue istirahat dulu, ntar klo si kura-kura dah deket baru gue lari lagi."

Kelinci duduk di bawah pohon (ga di atas pohon karena kelinci ga bisa manjat) dan akhirnya tertidur pules. Kura-kura akhirnya melalui kelinci yang sedang tertidur dan memenangkan adu lari. Akhirnya kelinci pun terbangun dan menyadari dirinya telah kalah.

Moral : alon-alon asal kelakon yg akan berjaya Karena malu dan kecewa yang mendalam, kelinci melakukan Antisipasi Kegagalan (Root Cause Analysis). Ia yakin bahwa kekalahannya hanya karena ia terlalu percaya diri, ceroboh dan lalai.

"Klo kemaren gue ga macem2, ga mungkin gue kalah" pikir kelinci. Ditantangnya lg si kura-kura, "Hei kura-kura, sini loe... Gue ga trima loe menang kemaren, ayo kita lomba lagi, sekali ini pasti gue yang menang" .

Si kura-kura nyante aja ngejawab, "hayyuukk, siapa takut?" Akhirnya dimulai lomba, dan dari awal lomba kelinci melesat meninggalkan kura-kura dan terus berlari hingga ke garis finish. beneran juga, kelinci yang menang.

Moral : Yang cepet dan konsisten selalu mengalahkan yg alon-alon asal kelakon . Kura-kura panas, dan setelah dipikir-pikir baru nyadar klo dia ga bakalan bisa ngalahin kelinci dengan kondisi seperti itu. Ditantangnyalah kelinci adu lari lg ke suatu tempat. "Hei kelinci, ayo kita lomba lagi. Sekarang kita lewat jalan ini ke sana. Brani ga loe?"

Ditantang seperti itu, kelinci langsung mau aja karna dah yakin dia yang bakalan menang, wong kemaren aja dia bisa menang. Lomba dimulai dan dengen kencangnya kelinci berlari meninggalkan kura-kura.

"Yang penting gue jangan setop-setop, pasti gue menang." pikir kelinci. Ndilalah, ternyata jalan di depan kelinci terhalang sungai. "Duh, gimana nih gue nyebrangin ni sungai? Gue ga bisa brenang lagi" termenung si kelinci mencari jalan menyebrangi sungai. Lama termenung, akhirnya kelinci melihat kura-kura dateng dan nyebur berenang di sungai, keluar lagi berjalan pelan menuju garis finish.

Terpaku kelinci melihat kemenangan si kura-kura. Moral : ketahuilah...jikalau punya kemampuan dan ubah keadaan sesuai kemampuan yang kita punya

Ngeliat si kelinci terpaku sedih, kura-kura pun menghampirinya dan bilang,"dah, jangan sedih, besok kita ulangin lagi, tapi kita bareng-bareng." Esoknya, lomba dimulai lagi, tapi sekarang kelinci nggendong kura-kura sampe tepi sungai.

Kemudian gantian kura-kura menggendong kelinci menyebrangi sungai dilanjutkan kembali kelinci nggendong kura-kura sampe garis finish. Hasilnya mereka berdua lebih cepat sampai di garis finish.

Moral : pinter dan berkemampuan tapi ga bisa kerjasama bakalan percuma karena dengan kerjasama maka kekurangan akan dipenuhi oleh yg lainnya .

Hikmah :
1. yang cepat dan konsisten selalu mengalahkan yg alon-alon asal kelakon.

2. bekerjalah sesuai kemampuanmu .

3. kumpulkan sumber daya dan kerja sebagai tim selalu mengalahkan kelebihan pribadi
4. jangan menyerah bila gagal .

5. berlombalah dengan situasi, jangan dengan saingan .

Tempayan Retak

Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung suatu pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang utuh itu selalu dapat membawa air penuh, setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun hal itu terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun, si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberi setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata pada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

"Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya yang membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.

Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga- bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separo air yang dibawanya telah bocor, dan kembali dia minta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tetapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang utuh. Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya.

Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih- benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak.

Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tidak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu.

Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita. Seseorang disebut sebagai orang yang sukses jika ia bisa tetap hidup dan menikmati kesuksesannya dengan rasa bersyukur.

Lencana Facebook

Motifasi

Sesuatu yang indah adalah ketika kita bisa memberi manfaat kepada orang lain....