Kamis, 22 Mei 2008

Seekor Burung Gagak

Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda itu?" "Burung gagak", jawab si anak.

Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung gagak ayah!"

Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi soalan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan persoalan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG GAGAK!!" Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, "Gagak lah ayah.......".

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya soal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.

"Ayah!!! saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mahu saya katakan???? "Itu burung gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia menghulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan tertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah Diary lama. "Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam Diary itu", pinta si ayah. Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut..........

"Hari ini aku di halaman melayan karena anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?". Dan aku menjawab, "burung gagak". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangnya aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga."

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah."


"JAGALAH HATI KEDUA IBU DAN BAPAK, HORMATILAH MEREKA. SAYANGILAH MEREKA SEBAGAI MANA MEREKA MENYAYANGIMU DIWAKTU KECIL"

MEMBERI ITU INDAH

Banyak orang beranggapan bahwa memberikan sesuatu (harta, ilmu pengetahuan, dan pemikiran) kepada orang lain yang tidak dapat memberikan balasan langsung, merupakan sesuatu yang sia-sia dan tidak boleh dilakukan. Teori kerja dengan imbalan yang bersifat material, atau ibadah yang hanya dikaitkan dengan balasan pahala semata itu begitu mendominasi sebagian besar umat kita. Karenanya, tidak jarang umat Islam memiliki sifat bakhil, kikir, dan sama sekali tidak mau memberi, kecuali dengan imbalan dan upah yang jelas, terukur dan terstruktur.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi, Rasulullah SAW bersabda, "Pemurah itu akan dekat dengan Allah [rahmat-Nya], dekat dengan sesama manusia [cinta dan kasih sayangnya], dengan surga [nikmatnya], dan jauh dari neraka [adzanya]. Sebaliknya, orang yang bakhil akan jauh dari Allah, jauh dari sesama manusia, jauh dari surga, tetapi dekat dengan neraka."

Orang yang mengeluarkan zakat dengan kesadaran dan keikhlasan penuh akan mendapatkan kebersihan, kesucian, dan ketenangan jiwa (QS 9:103). Ia akan diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengatasi berbagai problem hidup dan kehidupannya (QS 70: 19-25). Sementara itu, hartanya akan terus berkembang dan bertambah dari waktu ke waktu (QS 30:39).

Dalam sebuah hadis sahih riwayat Ibn Abiddunya, Rasulullah SAW bersabda, "Sedekah itu tidak akan menyebabkan sesuatu pada harta, kecuali hanya akan memperbanyaknya. Karena itu, bersedekahlah kamu sekalian, pasti Allah akan mencurahkan rahmat-Nya."

Dalam sebuah hadis yang lain riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW bersabda, "Iri dan dengki itu akan menghabiskan segala kebaikan yang kita lakukan sebagaimana api menghanguskan kayu bakar. Sedekah akan menghapuskan segala kesalahan sebagaimana air memadamkan api. Shalat itu adalah cahayanya orang mukmin dan puasa itu penghalang mukmin dari azab neraka.

Orang yang suka berzakat dan berinfak akan memiliki etos kerja dan usaha kuat, yang menyebabkannya senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan rezeki yang halal, untuk kemudian sebagiannya diberikan kepada mereka yang membutuhkan dan berhak menerima. Mari kita tumbuhkan kecintaan untuk memberi dan memberi. Insya Allah kita akan menjadi orang kaya, baik material maupun spiritual.


(Diambil dari artikel kolom Hikmah Republika, karya KH. Didin Hafidzuddin)

Lencana Facebook

Motifasi

Sesuatu yang indah adalah ketika kita bisa memberi manfaat kepada orang lain....