Jumat, 13 Maret 2009

Tidak Cukup Hanya Menangisi

Kehilangan memang menyakitkan. Apapun yang terlepas, baik dalam kontek pribadi atau yang lebih luas, tentu rasanya menyedihkan. Karena apa yang kita miliki lekat sebagai bagian dari hidup kita.

Sangat wajar kalau kemudia ada tangis, minimal kesedihan yang menggumpal di dada. Mungkin tangis ini bisa meringankan sebagian beban hati. Boleh jadi air matapun bisa membasahi panas hati yang terasa tak menentu. Namun tangis saja tidaklah cukup. Mesti ada tindakan lain yang kita lakukan ketika didesa kehilangan. Beberapa laternatif yang mungkin bisa menjadi solusi:

1. Ingat kembali sebab kehilangan kita

Mungki perlu waktu sejenak untuk mengais masa lalu, untuk mengetahui sebab-sebab kehilangan. apakah karena kecerobohan, atau kelalaian kita. Atau karena terlalu kuatnya sisi eksternal yang membuat kita "tidak berdaya". Terlalu banyak yang merusak daripada yang membangun. Apalagi kalau yang membangun hanya kita sendirian sementara yang merusah berjumlah seribu.
Dengan melihat sebab kehilangan, kita bisa menemukan 'obat' penawarnya. Bak seorang dokter yang sedang memeriksa pasiennya, yang mencoba mencari sebab pengganggu kesehatan, untuk memberikan obat yang sesuai.
Kalau dulu kita kehilangan karena kurang perhatian atau masih ceroboh, kini kita harus lebih waspada. Kalau kehilangan itu karena kita meletakkannya ditempat yang rawan, maka jauhi tempat itu. Jika kita harus berada ditempat itu maka kewaspadaan mesti kita lipat gandakan.


2. Bangkitkan kenangan, dimana dulu kita mendapatkan

Setiap kita pasti mempunyai kenangan yang baik. kenangan pada seseorang, kenangan pada tempat, kenangan pada suasana. Kenangan itu masih terekam dalam ingatan, bahkan mungkin sulit terhapus oleh pergantian hari.

Namun ada kalanya sebagian hidup kita terasa telah hilang. Boleh jadi kemesraan keluarga yang dulu ada kini entah kemana perginya. Maka perlu kita 'datangi' kembali tempat-tempat pertama kami kita mengukir kemesraan itu. Ini hanyalah sebagian cara untuk membangkitkan kembali kebaikan yang dulu pernah kita lakukan.

Boleh jadi dulu kita sering melakukan sholat dan puasa sunnah, namun karena kesibukan kini sulit untuk kita lakukan.

Mari kita mencoba kembali kebelakang beberapa saat, untuk membangkitkan kenangan bahwa dulu kita pernah mengukir kebaikan-kebaikan, dengan harapan, kenangan itu menjadi pemicu bangkitnya naluri kita untuk kembali berbuat kebaikan yang mungkin hampir punah.


3. Jadikan orang sekeliling kita sebagai pengontrol

Kehilangan bisa jadi muncul akibat kita tidak sanggup menjaganya. Kalau demikian adanya, tentu kita harus membuat kontrol-kontrol diri yang akan menjaga semua yang kita miliki. Kita bisa menjadikan orang-orang disekeliling kita menjadi pengontrol pagi perjalanan kita

Teman merupakan 'partner' yang semestinya bisa memberikan kontrol positif. Tanpa itu, persahabatan tidaklah banyak berarti. Dan dari mereka kita bisa mendapatkan masukan, nasehat, peringatan dan teguran. Ini semua merupakan pengawas dan penyeimbang langkah.

Selain teman, musuhpun bisa menjadi pengontrol langkah kita. Karena musuh selalu mencari kelemahan kita. Dengan demikian sebenarnya kita secara cuma-cuma sedang menuai kritik, yang boleh jadi sebagian atau keseluruhannya ternyata bernuansa positif.

Seorang ulama salaf berkata, ' kenikmatan dan orang orang iri selalu beriringan. jika ada kenikmatan disana pasti ada orang yang iri. maka jika tidak ada orang yang iri kepada anda berarti anda telah kehilangan banyak kebaikan dalam hidup'

Kontrol inilah yang akan menjada kita dari kehilangan untuk kedua kalinya. Kontrol ini lah yang mengingatkan dan mencegah agar kita tidak bersedih dan menangis untuk kasus kehilangan yang sama. Jadikan teman, lawan dan catatan sejarah sebagai cermin yang bening, tempat dimana kita dapat melihat paya yang hilang dari kita

4. Cari kembali mutiara yang hilang

Tidak ada kata terlambat. karena 'mutiara' itu mungkin hanya terselip dari pandangan mata kita. Mungkin kita hanya butuh sedikit lelah fisik dan lelah hati, kemudian 'mutiara' itu akan berada ditangan kita kembali. ada rasa kebahagiaan yang tidak terlukiskan, bahkan mungkin akan lebih bahagia dibandingkan ketika kita memegangnya pertama kali.

Tiga sahabat yang dihukum karena tidak ikut perang Tambuk sangat tersiksa karena tidak disapa oleh sahabat-sahabatnya sebagai konsekwensi hukuman. Hal ini tidaklah mudah, terlebih ada tawaran musuh untuk meninggalkan sahabatnya itu dengan tawaran menggiurkan.

Karena ketaatan, tawaran tersebut di tolak, dan ketika wahyu sebagai tanda ampunan tirun, mereka seakan mendapatkan nyawa baru. Sebelum peristiwa hukuman itu, mereka sering disapa sahabatnya, dan hal ini adalah sesuatu yang biasa, namun setelah peristiwa itu, sapaan sahabat jadi sangat berarti, seakan mereka hidup kembali setelah terasing sekian lama.

5. Tawakal

Ketika kita mulai khawatir akan kehilangan sesuatu, maka segeralah berdialog kepada Allah agar dia menjaga kita dan apa-apa yang kita takutkan akan hilang.

Meminta tolong dan menggantungkan harapan kepada sesama manusia, seringkali tidak mendatangkan solusi, Bahkan bisa menyesatkan. Berpindah kepada Allah yang maha mengetahui kepada perginya yang hilang dan 'tempat menitip' yang paling amankaren apa yang kita miliki tidak mungkin rusak dan hilang.

Tidak ada komentar:

Lencana Facebook

Motifasi

Sesuatu yang indah adalah ketika kita bisa memberi manfaat kepada orang lain....